Total Pageviews

2012/01/02

ticket bag 1


one day in the middle of december, mendekati jum'at-an.


y: mba in suka naik krl?

x: ya kadang-kadang. (ekspresi datar)

y: beli tiket ngga? (penasaran)

x: beli. (ekspresi standar)

y: (agak kaget) lho kok beli sih? jarang lho pegawai kemen*** yang beli tiket kalau naik kereta.

x: ooooo (ekspresi biasa, padahal dalam hati "embeeeerrrr!!!")

y: kenapa beli tiket mba? (ekspresi agak heran)

x: (balik nanya dengan ekspresi datar) lho, kenapa nggak beli tiket?

y: (kaget dengan serangan balik) lho hehehehe……..ya banyak alasannya.

x: coba jelaskan alasan-alasan kenapa tidak membeli tiket? (pura-pura pengen tahu)

y: gini ya mba:


1. kan kita pegawai kemen*** bagian per******apian, jadi ya kita ngga perlu beli tiket kereta.

2. ongkosnya mahal mba, masak kita naik dari purwo*****-solo, harga tiket yang harus dibayar sama seperti jakarta-solo.

3. obsesi hehe pengen aja naik kereta ngga mbayar.


x: oooooo, hmmmmm…menurutku:


1. nggak ada tuh di undang-undang nomor dan tahun berapapun kalau kita sebagai pegawai kemen*** itu gratis naik kereta (dalam hati "gimana perusahaan mau untung kalau banyak orang yang naik kereta ngga bayar padahal mampu bayar")

2. kalau itu aku setuju memang perlu diadakan perhitungan tarif yang lebih masuk akal. perbaikan sistem pentarifan di pt. k*i. dll dst blablabla lalalalaa….

3. alasan macam apa itu hahahaha



dan percakapan pun ditutup tanpa ada hasil lebih lanjut. memang pada dasarnya memilih membeli atau tidak membeli tiket kereta adalah salah satu bentuk pilihan hidup. he^^


pikiran pun melayang ke dua kejadian agak berkesan yang terjadi di waktu berbeda saat naik krl bersama teman-teman saya:


1. saat hendak menaiki tangga yang menuju tempat pembelian tiket krl di stasiun gambir, dua orang teman saya tampak heran dan memasang tampang yang seolah berkata "ngapain lu naik tangga ke situ?!". dan saya hanya senyum lempeng saja sambil berkata " hehehe silakan duluan aja (dalam hati: gue kan beli tiket, emangnya kalian? wek) hhehe".


2. saat hendak membeli tiket krl di loket, seorang teman saya (yang lain lagi) yang saya tahu biasanya dia tidak pernah membeli tiket saat naik krl, ikut antri di belakang saya.


heran dengan perilakunya saya bertanya " mba kok beli tiket?". jawabannya yang santai membuat saya agak terpana "kan bareng kamu, masak nanti pas kamu kasih tiket ke kondektur, terus aku ngga? malu dong hehe".


saya menimpali " oooo baguslah kalau begitu, aku jadi motivasi untuk beli tiket ya hehehehe makasih haha".



my opinion about per-tiket-an ini insya Alloh disambung di edisi -ticket bagian 2-


3 comments:

Katakecil said...

Dinanti lanjutannya..
ayoooo.. majulah perkeretaapian Indonesia..
jangan mau kalah sama k0r3@.... ;p


ganbatteeee

Langit said...

sou ka..

Kapan-kapan... kalau saya jadi menjelajah Barat Jawa... bisa sediakan tiket KA gratis buat saya bu? #Eh... -___-

ex-daigakusei said...

@cebonggede: memang dari dulu maju si kereta, jarang mundur. kalau di tanjakan juga maju kok.

@skies: pertanyaan sejuta umat hehehe, bisa mba nanti tak belikan hehhe.